MAKALAH KOMUNIKATOR



Pendahuluan


 

komunikasi sebagai proses berhubungan antar individu atau antar kelompok yang tak lepas dari komponen komunikator. Sebuah komunikasi bisa diisi oleh orang-orang yang berkualitas dalam mengungkapkan pesan. Komunikator yang berkualitas tersebut tidak akan dikuasai jika tidak memenuhi kriteria seorang komunikator.

Komunikasi sebagai proses individu/seseorang (komunikator) yang mengirimkan stimulus (biasanya dalam bentuk verbal/ kata kata) untuk memberikan pengaruh atau memodifikasi tingkah laku orang lain  (komunikan) [Sosiolog Hovland, Janis dan Kelley, dan Ruben]. Oleh karena itu penulis akan membahasnya dalam makalah yang berjudul Komunikator dalam Proses Komunikasi.

 

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain:

a.   Karakteristik Komunikator

b.   Syarat-Syarat Komunikator

c.   Tugas Komunikator

d.   Kualitas Komunikator efektif

 

 

II.     PEMBAHASAN

 

A.  Pengertian dan Karakteristik Komunikator

Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada khalayak. Dalam khazanah ilmu komunikasi, komunikator (communicator) bisa juga bertukar peran sebagai komunikan atau penerima pesan sehingga komunikator yang baik juga harus berusaha menjadi komunikan yang baik. Seorang sumber bisa menjadi komunikator/pembicara. Sebaliknya komunikator/pembicara tidak selalu sebagai sumber. Bisa jadi ia menjadi pelaksana (eksekutor) dari seorang sumber untuk menyampaikan

pesan kepada khalayak. Pengirim adalah orang yg menyuruh untuk menyampaikan.

Komunikator dibagi dalam dua tipe utama:

a. Komunikator dengan Cintra Diri Sendiri (The Communicator’s Self Image)

Komunikator tipe ini lebih mengutamakan kepentingan dirinya sendiri. Proses pengiriman pesan didasarkan atas keinginan sang komunikator. Mereka mengukur kesuksesan komunikasi dari segi kesuksesan mencapai target sasaran secara kuantitatif.

Contoh :

Dalam sebuah seminar sekelompok panitia merasa berhasil dan bangga ketika seminar itu dihadiri oleh banyak audience, tapi mereka tidak memperdulikan apakah audience memahami apa yang disampaikan komunikator atau apakah ada feedback  atau respon dari audience.

b.  Komunikator Dengan Citra Khalayak (The communicators image of the

audience)

Komunikator dengan citra atau kepentingan khalayak adalah komunikator yang mencoba memahami kebutuhan audiens. Mereka sedapat mungkin memperoleh empati dengan hal-hal yang diinginkan oleh khalayak.

Komunikator tipe ini terbagi atas:

1.Paternalisme (paternalism). Hubungan antara komuikator dengan audiens seperti hubungan ayah dan anak. Komunikator menganggap fungsi mereka adalah untuk mendidik dan menginformasikan audiens, semenatara kebutuhan subjektif, kepentingan dan kesukaan diri mereka tidak terlalu menjadi perhatian.

Contoh:

Iklan layanan masyarakat, misalkan wajib belajar 9 tahun, program KB dll

 

2. Spesialisasi (specialization) ini merupakan proses yang

menjadikan komunikator sebagai bagian dari khalayak yang kepentingan dan

kebutuhannya diketahui.

3.Profesionalisasi (profesionalization). Efek ini menyebabkan komunikator berpikir bahwa mereka kompeten untuk memutuskan isi media dan mengetahui lebih baik apa yang seharusnya dilakukan untuk khalayak.

Contoh:

Editor, Redaktur pelaksana sebuah majalah/Koran, Dosen dll

4.Ritualisme (ritualism). Komunikator tidak melakukan apa pun yang melebihi usaha mereka menciptakan keadaan menyenangkan audiens. Mereka menjadikan kumunikasi sebagai alat untuk membangun atau memperkuat kebersamaan diantara target khalayak.

Contoh:

Informasi Pelaksanaan kerja bakti diLingkungan, ceramah dalam mimbar-mimbar keagamaan.

 

B.  Syarat-Syarat Komunikator

Diperlukan persyaratan tertentu untuk para komunikator dalam sebuah program komunikasi, baik dalam segi sosok kepribadian maupun dalam kinerja kerja. Dari segi kepribadian, agar pesan yang disampaikan bisa diterima oleh khalayak maka sseorang komunikator mempunyai hal berikut:

 

Kepandaian

Komunikator yang menguasai teknik bicara & menulis surat memilih simbol/lambang yang tepat. Cukup membangkitkan minat pendengar,pembaca & dapat memberikan keterangan-keterangan secara sistematis serta mudah ditangkap.

 

Sikap komunikator

Sikap sombong, angkuh menyebabkan pendengar muak dan menolak uraian dari komunikator.Sikap ragu-ragu menyebebkan pendengar kurang percaya terhadap uraian komunikator.Tetapi sokap tegas akan menyebabkan pendengar percaya dan sikap ini harus bersumber pada hubungan kemanusiaan (human relaton).Makin baik hubungan kemanusiaannya makin lancarlah komunikasi.

 

Pengetahuan Komunikator

Komunikator yang kaya akan pengetahuan dan menguasai secara mendalam apa yang akan disampaikan akan lebih mudah menyampaikan uraian-uraian yang mudah menemukan contoh-contoh, sehingga komunikasinya makin lancar.

 

Sistem sosial

Dalam hal ini ada dua macam sistem sosial, yaitu :

Sistem sosial yang bersifat formal (organisasi)

Sistem sosial nonformal (susunan masyarakat biasa)

 

Keadaan lahiriah komunikator

Terutama dalam komunikasi lisa, suara yang mantap, ucapan yang jelas, lagak lagu yang baik, serta gerakan tangan yang sehat dapat mendukung pembicaraan.

 

Memiliki kedekatan  dengan khalayak.

Jarak seseorang dengan sumber memengaruhi perhatiannya pada sepsan tertentu. Semakin dekat jarak semakin besar pula peluang untuk terpapar pesan itu. Hal ini terjadi dalam arti jarak secara fisik ataupun secara sosial.

Kesamaan (similirity) merupakan faktor penting lainnya yang memengaruhi penerimaan pesan oleh khalayak. Kesamaan ini antara lain meliputi gender, pendidikan, umur, agama, latar belakang sosial, ras, hobi, dan kemampuan bahasa. Kesamaan juga bisa meliputi maslah sikap dan orientai terhadao berbagai aspek seperti buku, musik, pakaian, pekerjaan, keluarga, dan sebagainya. Preferensi khalayak terhadap seorang komunikator berdasarkan kesamaan budaya, agama, ras, pekerjaan, dan pendidikan berpengaruh terhadap proses seleksi, interpretasi, dan pengingatan pesan sepanjang hidupnya.

Dikenal kredibilitasnya dan otoritasnya. Khalayak cenderung memerhatikan dan mengingat pesan dari sumber yang mereka percata sebagai orang yang memiliki pengalaman dan atau pengetahuan yang lias. Menurut Ferguson, ada dua faktor kredibilitas yang sangat penting untuk seorang sumber: dapat dipercaya (trustworthiness) dan keahlian (expertise). Faktor-faktor lainnya adalah tenang/sabar (compusere), dinamisn, bisa bergaul (sociability), terbuka (extroversion) dan memiliki kesamaan dengan audiens.

Menunjukkan motivasi dan niat. Cara komunikator menyampaikan pesan berpengaruh terhadap audiens dalam memberi tanggapan terhadap pesan tersebut. Respon khlayak akan berbeda menanggapi pesan yang ditunjukkan untuk kepentingan informasi (informative) dari pesan yang diniatkan untuk meyakinkan (persuasive) mereka.

Pandai dalam cara penyampaian pesan  Gaya komunikator menyampaikan (delivery) pesan juga menjadi faktor penting dalam proses penerimaan

informasi.

 

C. TUGAS KOMUNIKATOR

Dari satu sisi komunikator adalah mereka yang menyampaikan gagasan dan informasi kapada pihak lain. Tetapi di sisi lain sang komunikator wajib mendengar! . Dengan kemampuan untuk mendengar aspirasi komunikan atau pihak yang lain ternyata komunikasi  lebih bisa dimengerti. Membuat orang lain mengerti memang penting, sebab gagasan kita bisa masuk dan bisa terlaksana. Berusaha untuk berhenti bicara dan mendengarkan apa yang menjadi gagasan orang lain, sebaliknya membuat komunikasi berjalan timbal balik disusul adanya saling pengertian antara pihak-pihak yang terkait di dalam sebuah organisasi. Ayat-ayat untuk menjadi komunikator yang efektif, dari sisi mendengar aspirasi adalah:

 

Berhentilah bicara

Sebab begitu kita mulai membuka mulut, usaha kita ditujukan sepenuhnya untuk membuat orang lain mengerti. Rangkaian argumen yang kita ungkapkan hanya untuk memperkuat posisi. Belajar untuk berhenti bicara bukanlah persolan yang mudah terutama bagi orang-orang yang merasa memiliki jabatan penting dan menganggap orang yang dihadapinya lebih rendah posisinya.

 

Biarkan orang lain bicara dengan leluasa

Sebab apa yang dipikirkan dan juga dirasakan orang lain merupakan energi yang kuat untuk bekerja atau berhenti bekerja. Biarkan orang lain memiliki kesempatan yang cukup nyaman untuk mengutarakan segala gagasannya. Sering kali ide-ide brilian justru muncul dari arah yang tidak pernah kita sangka-sangka sebelumnya. Syarat untuk menjaring ide-ide cemerlang adalah kemampuan untuk menahan diri tidak menyela pembicaran orang lain.

 

Berikan apresiasi dan perhatian kepada pembicara

Sebab sesederhana apapun yang disampaikan seorang pembicara, perlu diketahui adanya gunung es yang masih tersembunyi dibalik keberanian si pembicara untuk membuka mulut. Jangan ada keinginan untuk memotong pembicaraan orang lain dengan alasan bahwa waktu rapat sangat terbatas atau dengan mengatakan sebaiknya gagasan orang itu dituliskan saja.

 

Janganlah menyela dan mengganggu pembicara

Sebab pembicara ingin sekali mendapatkan perhatian, memalingkan wajah pun sangat mengganggu perasaan dari pembicara. Sangat tidak dibenarkan bila kita memberikan kesempatan orang lain untuk berbicara, sementara kita menulis atau membaca koran, misalnya. Kalaupun pembicara dan pendengar itu terhalang oleh hiasan bunga di meja, kita perlu segera memindahkannya. Biarkan si pembicara tuntas menyuarakan pikirannya.

Berusaha mencermati uraian yang disampaikan

dengan memperhatikan segala hal yang terkait kita harus bisa melihat pesan itu dari isi, bahasa dan konteks yang muncul dalam pembicaraan. Pemahaman terhadap karakter pembicara pun sangat berguna untuk mengambil intisari pembicaraannya.

Usahakan untuk bersabar mendengar pembicaraan sehingga kita tidak perlu menyela dan segera ingin menjawab sesuai dengan argumen yang kita yakini. Jika kesabaran kita bisa dirasakan oleh pembicara, kita berada pada posisi yang aman.

Berusaha untuk menahan segala macam emosi yang mungkin muncul sebagai reaksi spontan atas pembicaraan yang disampaikan. Kebalikan dengan sikap sabar, kalau kita mengumbar emosi dan naik pitam, segala pertimbangan kita menjadi negatif dan tidak akan menyelesaikan masalah.

Seandainya kita merasa perlu berargumen, sampaikan dengan cara yang santun dan bijaksana sebab usaha memberikan kesempatan berbicara adalah sarana komunikasi yang saling menguntungkan, tidak untuk memenangkan satu pihak terhadap pihak lainnya.

Gunakan strategi bertanya untuk menggali informasi lebih dalam sebab selalu ada hal-hal yang tak terungkap atau belum sempat diutarakan oleh seseorang yang berbicara. Bertanya menjadi sarana untuk memastikan keinginan pembicara yang sebenarnya. Berhentilah bicara sebab betapapun pentingnya pikiran kita, kita belum akan bisa memberikan kesempatan orang lain untuk berbicara bila kita tidak menahan mulut untuk bersuara. Strategi mendengar yang efektif adalah dengan diam dan menyimak pembicaraan. Ini juga bisa menjadi waktu bagi kita untuk berpikir lebih jernih.

 

D.        Kualitas komunikator efektif

 







































Menilai OrangTahu mana yang penting dan menghargai kontribusi orang lain
Mendengarkan secara AktifBerusaha keras memahami keinginan dan masalah orang lain
BijaksanaMemberikan kritik secara halus. konstruktif dan hormat
Memberikan pujianMenghargai orang lain dan kontribusi mereka di depan umum
KonsistenMengendalikan suasan riang; memperlakukan sama bagi semuanya: tidak favorit
Mengakui kesalahanKemauan untuk mengakui kesalahan
Memiliki rasa humorMempertahankan posisi yang menyenangkan dan pendekatan yang enak
Memberi contoh yang baikMelakukan apa yang diharapkan orang lain
Menggunakan bahasa Jelas, Lugas, dan TepatKata-kata yang lazim, konkret, pemberian petunjuk, yang menyentuh perasaan penyimak. Hindari kata-kata bercita rasa buruk, kata-kata langsung

 

Ketika berkomunikasi, kita pasti memiliki persepsi tertentu pada pendengar begitu pula sebaliknya. Kekeliruan yang sering terjadi dalam berkomunikasi adalah ketika seseorang menyampaikan informasi dengan ukurannya sendiri. Ini harus dihindarkan karena komunikasi senantiasa melibatkan orang lain. Ahli komunikasi berpesan jika akan berhasil, maka rumusan kunci yang harus dipegang  adalah “Know your audience!”

 

 

 

 

 

III.     PENUTUP


 

A.  Kesimpulan

 

Komunikator adalah seorang yang menyampaikan pesan kepada khalayak

dengan mempertimbangkan perannya sebagai komunikator demi menyukseskan

proses komunikasi sehingga komunikan dapat menerima pesan dengan jelas.

Dan artinya seorang komunikator telah sukses menyampaikan pesannya

kepada komunikan. Jika memang pesan tersebut membutuhkan perbuatan dari

komunikan, komunikan tersebut akan melakukan atau mengaplikasiakan pesan

yang disampaikan oleh komunikator dalam kehidupan komunikan.

 

 

Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaatDescription: MAKALAH KOMUNIKATOR Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: MAKALAH KOMUNIKATOR


Shares News - 18.58
Read More Add your Comment 37 komentar


MAKALAH KOMUNIKATOR



Pendahuluan


 

komunikasi sebagai proses berhubungan antar individu atau antar kelompok yang tak lepas dari komponen komunikator. Sebuah komunikasi bisa diisi oleh orang-orang yang berkualitas dalam mengungkapkan pesan. Komunikator yang berkualitas tersebut tidak akan dikuasai jika tidak memenuhi kriteria seorang komunikator.

Komunikasi sebagai proses individu/seseorang (komunikator) yang mengirimkan stimulus (biasanya dalam bentuk verbal/ kata kata) untuk memberikan pengaruh atau memodifikasi tingkah laku orang lain  (komunikan) [Sosiolog Hovland, Janis dan Kelley, dan Ruben]. Oleh karena itu penulis akan membahasnya dalam makalah yang berjudul Komunikator dalam Proses Komunikasi.

 

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain:

a.   Karakteristik Komunikator

b.   Syarat-Syarat Komunikator

c.   Tugas Komunikator

d.   Kualitas Komunikator efektif

 

 

II.     PEMBAHASAN

 

A.  Pengertian dan Karakteristik Komunikator

Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada khalayak. Dalam khazanah ilmu komunikasi, komunikator (communicator) bisa juga bertukar peran sebagai komunikan atau penerima pesan sehingga komunikator yang baik juga harus berusaha menjadi komunikan yang baik. Seorang sumber bisa menjadi komunikator/pembicara. Sebaliknya komunikator/pembicara tidak selalu sebagai sumber. Bisa jadi ia menjadi pelaksana (eksekutor) dari seorang sumber untuk menyampaikan

pesan kepada khalayak. Pengirim adalah orang yg menyuruh untuk menyampaikan.

Komunikator dibagi dalam dua tipe utama:

a. Komunikator dengan Cintra Diri Sendiri (The Communicator’s Self Image)

Komunikator tipe ini lebih mengutamakan kepentingan dirinya sendiri. Proses pengiriman pesan didasarkan atas keinginan sang komunikator. Mereka mengukur kesuksesan komunikasi dari segi kesuksesan mencapai target sasaran secara kuantitatif.

Contoh :

Dalam sebuah seminar sekelompok panitia merasa berhasil dan bangga ketika seminar itu dihadiri oleh banyak audience, tapi mereka tidak memperdulikan apakah audience memahami apa yang disampaikan komunikator atau apakah ada feedback  atau respon dari audience.

b.  Komunikator Dengan Citra Khalayak (The communicators image of the

audience)

Komunikator dengan citra atau kepentingan khalayak adalah komunikator yang mencoba memahami kebutuhan audiens. Mereka sedapat mungkin memperoleh empati dengan hal-hal yang diinginkan oleh khalayak.

Komunikator tipe ini terbagi atas:

1.Paternalisme (paternalism). Hubungan antara komuikator dengan audiens seperti hubungan ayah dan anak. Komunikator menganggap fungsi mereka adalah untuk mendidik dan menginformasikan audiens, semenatara kebutuhan subjektif, kepentingan dan kesukaan diri mereka tidak terlalu menjadi perhatian.

Contoh:

Iklan layanan masyarakat, misalkan wajib belajar 9 tahun, program KB dll

 

2. Spesialisasi (specialization) ini merupakan proses yang

menjadikan komunikator sebagai bagian dari khalayak yang kepentingan dan

kebutuhannya diketahui.

3.Profesionalisasi (profesionalization). Efek ini menyebabkan komunikator berpikir bahwa mereka kompeten untuk memutuskan isi media dan mengetahui lebih baik apa yang seharusnya dilakukan untuk khalayak.

Contoh:

Editor, Redaktur pelaksana sebuah majalah/Koran, Dosen dll

4.Ritualisme (ritualism). Komunikator tidak melakukan apa pun yang melebihi usaha mereka menciptakan keadaan menyenangkan audiens. Mereka menjadikan kumunikasi sebagai alat untuk membangun atau memperkuat kebersamaan diantara target khalayak.

Contoh:

Informasi Pelaksanaan kerja bakti diLingkungan, ceramah dalam mimbar-mimbar keagamaan.

 

B.  Syarat-Syarat Komunikator

Diperlukan persyaratan tertentu untuk para komunikator dalam sebuah program komunikasi, baik dalam segi sosok kepribadian maupun dalam kinerja kerja. Dari segi kepribadian, agar pesan yang disampaikan bisa diterima oleh khalayak maka sseorang komunikator mempunyai hal berikut:

 

Kepandaian

Komunikator yang menguasai teknik bicara & menulis surat memilih simbol/lambang yang tepat. Cukup membangkitkan minat pendengar,pembaca & dapat memberikan keterangan-keterangan secara sistematis serta mudah ditangkap.

 

Sikap komunikator

Sikap sombong, angkuh menyebabkan pendengar muak dan menolak uraian dari komunikator.Sikap ragu-ragu menyebebkan pendengar kurang percaya terhadap uraian komunikator.Tetapi sokap tegas akan menyebabkan pendengar percaya dan sikap ini harus bersumber pada hubungan kemanusiaan (human relaton).Makin baik hubungan kemanusiaannya makin lancarlah komunikasi.

 

Pengetahuan Komunikator

Komunikator yang kaya akan pengetahuan dan menguasai secara mendalam apa yang akan disampaikan akan lebih mudah menyampaikan uraian-uraian yang mudah menemukan contoh-contoh, sehingga komunikasinya makin lancar.

 

Sistem sosial

Dalam hal ini ada dua macam sistem sosial, yaitu :

Sistem sosial yang bersifat formal (organisasi)

Sistem sosial nonformal (susunan masyarakat biasa)

 

Keadaan lahiriah komunikator

Terutama dalam komunikasi lisa, suara yang mantap, ucapan yang jelas, lagak lagu yang baik, serta gerakan tangan yang sehat dapat mendukung pembicaraan.

 

Memiliki kedekatan  dengan khalayak.

Jarak seseorang dengan sumber memengaruhi perhatiannya pada sepsan tertentu. Semakin dekat jarak semakin besar pula peluang untuk terpapar pesan itu. Hal ini terjadi dalam arti jarak secara fisik ataupun secara sosial.

Kesamaan (similirity) merupakan faktor penting lainnya yang memengaruhi penerimaan pesan oleh khalayak. Kesamaan ini antara lain meliputi gender, pendidikan, umur, agama, latar belakang sosial, ras, hobi, dan kemampuan bahasa. Kesamaan juga bisa meliputi maslah sikap dan orientai terhadao berbagai aspek seperti buku, musik, pakaian, pekerjaan, keluarga, dan sebagainya. Preferensi khalayak terhadap seorang komunikator berdasarkan kesamaan budaya, agama, ras, pekerjaan, dan pendidikan berpengaruh terhadap proses seleksi, interpretasi, dan pengingatan pesan sepanjang hidupnya.

Dikenal kredibilitasnya dan otoritasnya. Khalayak cenderung memerhatikan dan mengingat pesan dari sumber yang mereka percata sebagai orang yang memiliki pengalaman dan atau pengetahuan yang lias. Menurut Ferguson, ada dua faktor kredibilitas yang sangat penting untuk seorang sumber: dapat dipercaya (trustworthiness) dan keahlian (expertise). Faktor-faktor lainnya adalah tenang/sabar (compusere), dinamisn, bisa bergaul (sociability), terbuka (extroversion) dan memiliki kesamaan dengan audiens.

Menunjukkan motivasi dan niat. Cara komunikator menyampaikan pesan berpengaruh terhadap audiens dalam memberi tanggapan terhadap pesan tersebut. Respon khlayak akan berbeda menanggapi pesan yang ditunjukkan untuk kepentingan informasi (informative) dari pesan yang diniatkan untuk meyakinkan (persuasive) mereka.

Pandai dalam cara penyampaian pesan  Gaya komunikator menyampaikan (delivery) pesan juga menjadi faktor penting dalam proses penerimaan

informasi.

 

C. TUGAS KOMUNIKATOR

Dari satu sisi komunikator adalah mereka yang menyampaikan gagasan dan informasi kapada pihak lain. Tetapi di sisi lain sang komunikator wajib mendengar! . Dengan kemampuan untuk mendengar aspirasi komunikan atau pihak yang lain ternyata komunikasi  lebih bisa dimengerti. Membuat orang lain mengerti memang penting, sebab gagasan kita bisa masuk dan bisa terlaksana. Berusaha untuk berhenti bicara dan mendengarkan apa yang menjadi gagasan orang lain, sebaliknya membuat komunikasi berjalan timbal balik disusul adanya saling pengertian antara pihak-pihak yang terkait di dalam sebuah organisasi. Ayat-ayat untuk menjadi komunikator yang efektif, dari sisi mendengar aspirasi adalah:

 

Berhentilah bicara

Sebab begitu kita mulai membuka mulut, usaha kita ditujukan sepenuhnya untuk membuat orang lain mengerti. Rangkaian argumen yang kita ungkapkan hanya untuk memperkuat posisi. Belajar untuk berhenti bicara bukanlah persolan yang mudah terutama bagi orang-orang yang merasa memiliki jabatan penting dan menganggap orang yang dihadapinya lebih rendah posisinya.

 

Biarkan orang lain bicara dengan leluasa

Sebab apa yang dipikirkan dan juga dirasakan orang lain merupakan energi yang kuat untuk bekerja atau berhenti bekerja. Biarkan orang lain memiliki kesempatan yang cukup nyaman untuk mengutarakan segala gagasannya. Sering kali ide-ide brilian justru muncul dari arah yang tidak pernah kita sangka-sangka sebelumnya. Syarat untuk menjaring ide-ide cemerlang adalah kemampuan untuk menahan diri tidak menyela pembicaran orang lain.

 

Berikan apresiasi dan perhatian kepada pembicara

Sebab sesederhana apapun yang disampaikan seorang pembicara, perlu diketahui adanya gunung es yang masih tersembunyi dibalik keberanian si pembicara untuk membuka mulut. Jangan ada keinginan untuk memotong pembicaraan orang lain dengan alasan bahwa waktu rapat sangat terbatas atau dengan mengatakan sebaiknya gagasan orang itu dituliskan saja.

 

Janganlah menyela dan mengganggu pembicara

Sebab pembicara ingin sekali mendapatkan perhatian, memalingkan wajah pun sangat mengganggu perasaan dari pembicara. Sangat tidak dibenarkan bila kita memberikan kesempatan orang lain untuk berbicara, sementara kita menulis atau membaca koran, misalnya. Kalaupun pembicara dan pendengar itu terhalang oleh hiasan bunga di meja, kita perlu segera memindahkannya. Biarkan si pembicara tuntas menyuarakan pikirannya.

Berusaha mencermati uraian yang disampaikan

dengan memperhatikan segala hal yang terkait kita harus bisa melihat pesan itu dari isi, bahasa dan konteks yang muncul dalam pembicaraan. Pemahaman terhadap karakter pembicara pun sangat berguna untuk mengambil intisari pembicaraannya.

Usahakan untuk bersabar mendengar pembicaraan sehingga kita tidak perlu menyela dan segera ingin menjawab sesuai dengan argumen yang kita yakini. Jika kesabaran kita bisa dirasakan oleh pembicara, kita berada pada posisi yang aman.

Berusaha untuk menahan segala macam emosi yang mungkin muncul sebagai reaksi spontan atas pembicaraan yang disampaikan. Kebalikan dengan sikap sabar, kalau kita mengumbar emosi dan naik pitam, segala pertimbangan kita menjadi negatif dan tidak akan menyelesaikan masalah.

Seandainya kita merasa perlu berargumen, sampaikan dengan cara yang santun dan bijaksana sebab usaha memberikan kesempatan berbicara adalah sarana komunikasi yang saling menguntungkan, tidak untuk memenangkan satu pihak terhadap pihak lainnya.

Gunakan strategi bertanya untuk menggali informasi lebih dalam sebab selalu ada hal-hal yang tak terungkap atau belum sempat diutarakan oleh seseorang yang berbicara. Bertanya menjadi sarana untuk memastikan keinginan pembicara yang sebenarnya. Berhentilah bicara sebab betapapun pentingnya pikiran kita, kita belum akan bisa memberikan kesempatan orang lain untuk berbicara bila kita tidak menahan mulut untuk bersuara. Strategi mendengar yang efektif adalah dengan diam dan menyimak pembicaraan. Ini juga bisa menjadi waktu bagi kita untuk berpikir lebih jernih.

 

D.        Kualitas komunikator efektif

 







































Menilai OrangTahu mana yang penting dan menghargai kontribusi orang lain
Mendengarkan secara AktifBerusaha keras memahami keinginan dan masalah orang lain
BijaksanaMemberikan kritik secara halus. konstruktif dan hormat
Memberikan pujianMenghargai orang lain dan kontribusi mereka di depan umum
KonsistenMengendalikan suasan riang; memperlakukan sama bagi semuanya: tidak favorit
Mengakui kesalahanKemauan untuk mengakui kesalahan
Memiliki rasa humorMempertahankan posisi yang menyenangkan dan pendekatan yang enak
Memberi contoh yang baikMelakukan apa yang diharapkan orang lain
Menggunakan bahasa Jelas, Lugas, dan TepatKata-kata yang lazim, konkret, pemberian petunjuk, yang menyentuh perasaan penyimak. Hindari kata-kata bercita rasa buruk, kata-kata langsung

 

Ketika berkomunikasi, kita pasti memiliki persepsi tertentu pada pendengar begitu pula sebaliknya. Kekeliruan yang sering terjadi dalam berkomunikasi adalah ketika seseorang menyampaikan informasi dengan ukurannya sendiri. Ini harus dihindarkan karena komunikasi senantiasa melibatkan orang lain. Ahli komunikasi berpesan jika akan berhasil, maka rumusan kunci yang harus dipegang  adalah “Know your audience!”

 

 

 

 

 

III.     PENUTUP


 

A.  Kesimpulan

 

Komunikator adalah seorang yang menyampaikan pesan kepada khalayak

dengan mempertimbangkan perannya sebagai komunikator demi menyukseskan

proses komunikasi sehingga komunikan dapat menerima pesan dengan jelas.

Dan artinya seorang komunikator telah sukses menyampaikan pesannya

kepada komunikan. Jika memang pesan tersebut membutuhkan perbuatan dari

komunikan, komunikan tersebut akan melakukan atau mengaplikasiakan pesan

yang disampaikan oleh komunikator dalam kehidupan komunikan.

 

 

Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaatDescription: MAKALAH KOMUNIKATOR Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: MAKALAH KOMUNIKATOR


Shares News - 18.58
Read More Add your Comment 37 komentar


GENERASI MELEK MEDIA



Berapapun jarak sudah tidak menjadi masalah dalam berinteraksi. Inilah yang namanya Global village. Dimana masyarakat dunia telah menjadi tetangga, bahkan apa yang sedang terjadi di belahan bumi manapun, dapat di ketahui oleh warga dunia lainnya. Mereka bisa berteman, tanpa harus bertemu, dapat saling membantu tanpa harus bertemu pula.


Dalam satu kehidupan bisa hidup di dua dunia. Bagaimana tidak, zaman sekarang telah modern dan memungkinkan manusia hidup dalam dunia nyata dan dalam dunia maya. Di dunia yang dialami secara nyata, bisa jadi berbeda dengan dunia maya.siapapun orang bebas bermain di dunia maya tanpa di ketahui oleh orang lain.


Manusia dan dunia maya bahkan bisa menjadi ancaman masyarakat, karena ketidak seimbangan antara interaksi secara nyata dengan masyarakat dan kehidupannya di dunia maya. Jika seseorang lebih memilih mengisi waktunya di dunia maya, tak heran jika ia cenderung bersifat acuh, tidak peka dan egois karena kesehariannya hanya ia lakukan sendiri tanpa memperdulikan lingkungan sekitar.


Tak dapat di pungkiri di dalam kehidupan dunia maya, apapun yang di inginkan dapat dengan mudah bisa di akses, baik bisnis, game,  bahkan pertemanan  sebagai wujud manusia sebagai makhluk sosialpun dapat dilakukan di dunia maya (cyber comunity) yang belakangan ini sudah marak di lingkungan masyarakat.


Salah satu cyber comunity yang marak di indonesia adalah jejaring sosial facebook. Data Statistik terakhir menunjukkan bahwa pengguna Facebook di Indonesia rata-rata paling muda sedunia. Demikian hasil pemetaan yang dilakukan iCrossing, perusahaan konsultan iklan di Inggris berdasarkan data pengguna Facebook Maret 2011.Berdasarkan data tersebut, rata-rata pengguna Facebook di Indonesia adalah 23 tahun. Negara berkembang lainnya seperti Filipina, India, dan Afrika Selatan sedikit lebih tua yakni 25 tahun.


Ada beberapa kekhawatiran dalam melihat data ini, jika hal itu Di diamkan saja ditakutkan para generasi indonesia akan mengalami kecenderungan untuk menghabiskan waktunya di dunia maya. Mereka melakukan hubungan sosial hanya melalui dunia maya, sehingga yang muncul adalah sikap apatis dan egoisme yang tinggi. Rasa peduli terhadap lingkungan sekitar semakin menurun dan bahkan bisa hilang. Yang ada hanyalah bagaimana cara memuaskan dirinya sendiri lewat dunia maya.


Inilah kehebatan media informasi saat ini,  dapat memuaskan orang-orang yang menggunakan, karena apa yang mereka inginkan dapat mereka akses dengan mudah. Pemasalahan yang menjadi perhatian masyarakat terhadap kehadiran media ialah sejauh mana akibat baik dan buruk yang ditimbulkan media tersebut. Masyarakat memiliki harapan terhadap media agar media bisa menambah pengetahuan dan memahami berbagai hal dalam kehidupan serta memberikan pembelajaran sosial yang baik, mentrasnfer nilai-nilai positif dan bisa memberikan hiburan yang sehat.


Bagi masyarakat yang memiliki tingkat literasi memadai akan melakukan proses seleksi sendiri apakah perlu mengakses internet yang bisa memenuhi kebutuhan mereka. Kelompok masyarakat pada tingkat literasi tersebut akan mampu mengkritisi media dari perspektif kebutuhan dan kepentingan serta nilai-nilai etika masyarakat.


 


Namun demikian bagi masyarakat yang yang tergolong memiliki literasi rendah sebagai khalayak pasif, mereka akan mengikuti media apa adanya dan menganggap realitas yang disajikan media dianggap sebagai realitas objektif. Sudah dapat diperkirakan khalayak golongan ini tidak akan memiliki kemampuan seleksi yang memadai sehingga lebih mudah menerima pengaruh negatif dari yang positif  dan tidak memiliki kemampuan untuk mengkritisi media.


 


Artinya pertanyaan yang timbul berkaitan dengan khalayak akan lebih banyak berkaitan dengan pengaruh yang ditimbulkan media. Dengan memahami pengaruh yang di timbulkan, kita akan dapat bersikap kritis dalam mengahadapi informasi dalam sebuah media, tanpa harus menangkap mentah-mentah apa yang di infokan media.


Ada hal yang tak pernah lepas dari media, yaitu setiap media pasti mempunyai idiologi media, idiologi ini sangat di pengaruhi oleh kepemilikan media, sehingga pasti ada unsur politik yang senantiasa bermain di dalam pemberian informasi, sebagai contoh  pemberitaan yang ada di tv one dan di metro tv pasti sangat berbeda dalam hal pemberitaan tentang kasus lapindo misalnya. Inilah bukti pengaruh dari pemilik media.


Maka hal yang wajib dilakukan oleh generasi saat ini, dalam mengahadapi berbagai masalah yang di timbulkan media hendaknya bukan malah menghindari dan menjauh dari kemajuan teknologi, namun harus senantiasa cerdas dalam memilih dan menggunakan media. Ada beberapa hal yang perlu untuk di lakukan, diantaranya :



  1. Seseorang harus mampu menyeimbangkan interaksi dunia maya dengan interaksi dunia nyata, sehingga jiwa sosial tak akan pernah luntur

  2. Memilih media yang memberikan informasi positif dan mendukung prestasi.

  3. Bersifat kritis dalam menyikapi kasus yang di beritakan oleh media,  tidak hanya menangkapnya secara mentah-mentah.

  4. Memanfaatkann media sebagai lahan dakwah efektif bagi kebaikan umat.

Description: GENERASI MELEK MEDIA Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: GENERASI MELEK MEDIA


Shares News - 18.56
Read More Add your Comment 17 komentar


GENERASI MELEK MEDIA



Berapapun jarak sudah tidak menjadi masalah dalam berinteraksi. Inilah yang namanya Global village. Dimana masyarakat dunia telah menjadi tetangga, bahkan apa yang sedang terjadi di belahan bumi manapun, dapat di ketahui oleh warga dunia lainnya. Mereka bisa berteman, tanpa harus bertemu, dapat saling membantu tanpa harus bertemu pula.


Dalam satu kehidupan bisa hidup di dua dunia. Bagaimana tidak, zaman sekarang telah modern dan memungkinkan manusia hidup dalam dunia nyata dan dalam dunia maya. Di dunia yang dialami secara nyata, bisa jadi berbeda dengan dunia maya.siapapun orang bebas bermain di dunia maya tanpa di ketahui oleh orang lain.


Manusia dan dunia maya bahkan bisa menjadi ancaman masyarakat, karena ketidak seimbangan antara interaksi secara nyata dengan masyarakat dan kehidupannya di dunia maya. Jika seseorang lebih memilih mengisi waktunya di dunia maya, tak heran jika ia cenderung bersifat acuh, tidak peka dan egois karena kesehariannya hanya ia lakukan sendiri tanpa memperdulikan lingkungan sekitar.


Tak dapat di pungkiri di dalam kehidupan dunia maya, apapun yang di inginkan dapat dengan mudah bisa di akses, baik bisnis, game,  bahkan pertemanan  sebagai wujud manusia sebagai makhluk sosialpun dapat dilakukan di dunia maya (cyber comunity) yang belakangan ini sudah marak di lingkungan masyarakat.


Salah satu cyber comunity yang marak di indonesia adalah jejaring sosial facebook. Data Statistik terakhir menunjukkan bahwa pengguna Facebook di Indonesia rata-rata paling muda sedunia. Demikian hasil pemetaan yang dilakukan iCrossing, perusahaan konsultan iklan di Inggris berdasarkan data pengguna Facebook Maret 2011.Berdasarkan data tersebut, rata-rata pengguna Facebook di Indonesia adalah 23 tahun. Negara berkembang lainnya seperti Filipina, India, dan Afrika Selatan sedikit lebih tua yakni 25 tahun.


Ada beberapa kekhawatiran dalam melihat data ini, jika hal itu Di diamkan saja ditakutkan para generasi indonesia akan mengalami kecenderungan untuk menghabiskan waktunya di dunia maya. Mereka melakukan hubungan sosial hanya melalui dunia maya, sehingga yang muncul adalah sikap apatis dan egoisme yang tinggi. Rasa peduli terhadap lingkungan sekitar semakin menurun dan bahkan bisa hilang. Yang ada hanyalah bagaimana cara memuaskan dirinya sendiri lewat dunia maya.


Inilah kehebatan media informasi saat ini,  dapat memuaskan orang-orang yang menggunakan, karena apa yang mereka inginkan dapat mereka akses dengan mudah. Pemasalahan yang menjadi perhatian masyarakat terhadap kehadiran media ialah sejauh mana akibat baik dan buruk yang ditimbulkan media tersebut. Masyarakat memiliki harapan terhadap media agar media bisa menambah pengetahuan dan memahami berbagai hal dalam kehidupan serta memberikan pembelajaran sosial yang baik, mentrasnfer nilai-nilai positif dan bisa memberikan hiburan yang sehat.


Bagi masyarakat yang memiliki tingkat literasi memadai akan melakukan proses seleksi sendiri apakah perlu mengakses internet yang bisa memenuhi kebutuhan mereka. Kelompok masyarakat pada tingkat literasi tersebut akan mampu mengkritisi media dari perspektif kebutuhan dan kepentingan serta nilai-nilai etika masyarakat.


 


Namun demikian bagi masyarakat yang yang tergolong memiliki literasi rendah sebagai khalayak pasif, mereka akan mengikuti media apa adanya dan menganggap realitas yang disajikan media dianggap sebagai realitas objektif. Sudah dapat diperkirakan khalayak golongan ini tidak akan memiliki kemampuan seleksi yang memadai sehingga lebih mudah menerima pengaruh negatif dari yang positif  dan tidak memiliki kemampuan untuk mengkritisi media.


 


Artinya pertanyaan yang timbul berkaitan dengan khalayak akan lebih banyak berkaitan dengan pengaruh yang ditimbulkan media. Dengan memahami pengaruh yang di timbulkan, kita akan dapat bersikap kritis dalam mengahadapi informasi dalam sebuah media, tanpa harus menangkap mentah-mentah apa yang di infokan media.


Ada hal yang tak pernah lepas dari media, yaitu setiap media pasti mempunyai idiologi media, idiologi ini sangat di pengaruhi oleh kepemilikan media, sehingga pasti ada unsur politik yang senantiasa bermain di dalam pemberian informasi, sebagai contoh  pemberitaan yang ada di tv one dan di metro tv pasti sangat berbeda dalam hal pemberitaan tentang kasus lapindo misalnya. Inilah bukti pengaruh dari pemilik media.


Maka hal yang wajib dilakukan oleh generasi saat ini, dalam mengahadapi berbagai masalah yang di timbulkan media hendaknya bukan malah menghindari dan menjauh dari kemajuan teknologi, namun harus senantiasa cerdas dalam memilih dan menggunakan media. Ada beberapa hal yang perlu untuk di lakukan, diantaranya :



  1. Seseorang harus mampu menyeimbangkan interaksi dunia maya dengan interaksi dunia nyata, sehingga jiwa sosial tak akan pernah luntur

  2. Memilih media yang memberikan informasi positif dan mendukung prestasi.

  3. Bersifat kritis dalam menyikapi kasus yang di beritakan oleh media,  tidak hanya menangkapnya secara mentah-mentah.

  4. Memanfaatkann media sebagai lahan dakwah efektif bagi kebaikan umat.

Description: GENERASI MELEK MEDIA Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: GENERASI MELEK MEDIA


Shares News - 18.56
Read More Add your Comment 17 komentar


EPISTIMOLOGI BAYANI, BURHANI DAN IRFANI



Epistimologi Bayani


 


Secara etimologi, bayani mempunyai arti menyambung, memisah-misahkan, terang dan jelas, kefasihan dan kemampuan dalam menyampaikan, serta kekuatan untuk  menerima dan menyampaikan kejelasan.


Sedangkan secara terminologi, dengan mengutip pendapat al-Jahiz dalam kitabnya al-Bayan wa al-Tabyin, al-Jabiri  mengartikannya sebagai nama universal (ism jami’) bagi setiap pemahaman  makna,  sedangkan apabila merujuk kepada pendapat al-Syafi’i, bayani merupakan nama universal bagi makna-makna yang terdapat dalam kumpulan landasan pokok (al-ashl) dan  mengurai cabang (al-furu’).


Bayani adalah suatu epistimologi yang mencakup disipiln-disiplin ilmu yang berpangkal dari bahasa Arab (yaitu nahwu, fikih dan ushulfikih, kalam dan balaghah).
Dalam sejarahnya, aktivitas bayani sudah dimulai sejak munculnya pengaruh Islam, tetapi belum merupakan kajian ilmiah seperti identifikasi keilmuan dan peletakkan aturan penafsiran teks. Tahap selanjutnya adalah mulai munculnya usaha untuk meletakkan aturan penafsiran wacana bayani, tetapi masih terbatas pada pengungkapan karakteristik ekspresi bayani dalam AL Qur’an. Dalam bahasa Arab sendiri bayani terbatas pada tinjauan bahasa dan gramatikanya saja. Proses peletakan aturan-aturan penafsiran wacana bayani (dalam bentuknya yang baku dan tidak dalam aspek linguistiknya saja) dilakukan oleh Imam al Syafi’i. Imam Syafi’I adalah orang yang pertama memposisikan al Sunnah sebagai nash kedua. Nash tersebut berfungsi sebagai mushari’ (penetap hukum), perluasan cakupan al Sunnah yang dengan tidak secara tegas membedakan antara “sunnah-tradisi” dan “sunnah-wahyu” serta pembatasan ruang gerak ijtihad dengan nash (Al Qur’an dan Al Sunnah).


Al Syafi’I berhasil membakukan cara-cara berfikir yang menyakut hubungan antara


lafaz dan makna serta hubungan antara bahasa dan teks al-Qur’an. Ia juga merumuskan aturan-aturan bahasa Arab sebagai acuan untuk menafsirkan al-Qur’an. Ia menjadikan al-Qur’an, Hadis,Ijma dan Qiyas sebagai sumber penalaran yang absah untuk menjawab persoalan-persoalan dalam masyarakat.
Sedangkan al-Jahiz berusaha mengembangkan bayani tidak hanya terbatas pada “memahami” tetapi berusaha membuat pendengar atau pembaca faham akan wacana. Bahkan ia ingin membuat pendengar memahami, menenangkan pendengar, menuntaskan perdebatan dan membuat lawan bicara tidak berkutik lagi. Ibn Wahab sendiri berusaha untuk mensistematikanya denagn cara merumuskan kembali teori bayani sebagai metode dan sistem mendapatkan pengatahuan.
Jadi pada kesimpulannya dalam epistimologi bayani sumber pengetahuan berasal dari teks atau nash.  Pendekatan yang digunakan adalah dengan pendekatan lughawiyah. Sementara metode yang dipakai adalah qiyas, istinbat, tajwiz, ‘adah. Sehingga peran akal disini memang terjustifikasi karena menggunakan argumen yang bersifat jadaliyyah. Sesuatu dapat dikatakan valid jika adanya kedekatan teks dan kenyataan.


 


Dalam bahasa filsaat yang disederhanakan, pendekatan bayani dapat diartikan sebagai Model metodologi berpikir yang didasarkan atas teks. Dalam hal ini teks sucilah yang memilki otoritas penuh menentukan arah kebenaran sebuah kitab. Fungsi akal hanya sebagai pengawal makna yang terkandung di dalamnya.


Dalam pendekatan bayani, oleh karena dominasi teks sedemikian kuat, maka peran akal hanya sebatas sebagai alat pembenaran atau justifikasi atas teks yang dipahami atau diinterpretasi. Dalam aplikasinya, pendekatan bayani akan memperkaya lilmu fikih dan ushul fikih, lebih-lebih qawaidul lughahnya.
Namun, hal itu berarti bukan tanpa kelemahan. Kelemahan mencolok pada Nalar Bayani adalah ketika harus berhadapan dengan teks-teks yang berbeda, milik komunitas, bangsa, atau masyarakat lainnya. Karena otoritas ada pada teks, dan rasio hanya berfungsi sebagai pengawal teks, sementara sebuah teks belum tentu diterima oleh golongan lain.


 


Epistemologi ‘Irfani


 


Kata ‘irfan adalah bentuk masdar dari kata ‘arafa yang berarti ma’rifah (ilmu pengetahuan. Kemudian ‘irfan lebih dikenal sebagai terminologi  mistik  yang  secara  khusus  berarti  “ma’rifah”  dalam pengertian “pengetahuan tentang Tuhan]”. Kalau ilmu (pengetahuan eksoterik) yakni pengetahuan yang diperoleh indera dan intelek melalui istidlal, nazhar, dan burhan, maka ‘irfan (pengetahuan esoterik) yaitu pengetahuan yang diperoleh qalb melalui kasyf, ilham, i’iyan (persepsi langsung), dan isyra.


Aliran-aliran yang beragam dalam dunia Sufisme atau Irfan memiliki kesatuan pandangan dalam permasalahan yang esensial dan substansial ini dimana mereka menyatakan bahwa pencapaian dan penggapaian  hakikat segala sesuatu hanya dengan metode intuisi mistikal dan penitian jalan-jalan pensucian jiwa, bukan dengan penalaran dan argumentasi rasional, karena hakikat suatu makrifat dan pengatahuan adalah menyelami dan meraih hakikat segala sesuatu lewat jalur penyingkapan, penyaksian, intuisi hati, manifestasi-manifestasi batin, dan penyaksian alam metafisika atau alam nonmateri dengan mata batin serta penyatuan dengannya.


Para sufi beranggapan bahwa segala makrifat dan pengetahuan yang bersumber dari intuisi-intuisi, musyahadah, dan mukasyafah lebih dekat dengan kebenaran daripada ilmu-ilmu yang digali dari argumentasi-argumentasi rasional dan akal. Mereka menyatakan bahwa indra-indra manusia dan fakultas akalnya hanya menyentuh wilayah lahiriah alam dan manifestasi-manifestasi-Nya, namun manusia dapat berhubungan secara langsung (immediate) yang bersifat intuitif dengan hakikat tunggal alam  melalui dimensi-dimensi batiniahnya sendiri dan hal ini akan sangat berpengaruh ketika manusia telah suci,lepas, dan jauh dari segala bentuk ikatan-ikatan dan ketergantungan-ketergantungan lahiriah.


 


Epistemologi Burhani


 


Al-Burhan dalam bahasa Arab berarti argumen yang clear . Dalam pengertian logika, al-burhan adalah aktivitas fikir yang menetapkan kebenaran sesuatu melalui penalaran dengan mengkaitkan pada pengetahuan yang bukti-buktinya  mendahului  kebenaran. Sedangkan dalam pengertian umum, al-burhan berarti aktivitas fikir untuk menetapkan kebenaran sesuatu.


 


Al-Jabiri menggunakan burhani sebagai sebutan terhadap sistem pengetahuan  yang  berbeda  dengan  metode  pemikiran  tertentu  dan memiliki world view tersendiri, yang tidak bergantung pada hegemoni sistem pengetahuan lain. Burhani  mengandalkan  kekuatan  indera, pengalaman, dan akal dalam mencapai kebenaran.


 


Ketiga kecenderungan epistemologis Islam ini, secara teologis mendapatkan  justifikasi dari  al-Qur’an.  Dalam al-Qur’an banyak ditemukan  ayat-ayat  yang  berbicara  tentang  pengetahuan  yang bersumber pada rasionalitas. Perintah untuk menggunakan akal dengan  berbagai  macam bentuk  kalimat  dan  ungkapan  merupakan suatu  indikasi  yang  jelas  untuk  hal ini. Akan tetapi, meskipun demikian, tidak sedikit pula paparan ayat-ayat yang mengungkapkan tentang pengetahuan yang bersumber pada intuisi (hati atau perasaan) terdalam.


Van Peursen mengatakan bahwa akal budi tidak dapat menyerap sesuatu, dan panca indera tidak dapat memikirkan sesuatu. Namun, bila keduanya bergabung timbullah pengetahuan, sebab menyerap sesuatu tanpa dibarengi akal budi sama dengan kebutaan, dan pikiran tanpa isi sama dengan kehampaan. Burhani atau pendekatan rasional argumentatif adalah pendekatan yang mendasarkan diri pada kekuatan rasio melalui instrumen logika (induksi, deduksi, abduksi, simbolik, proses, dll.) dan metode diskursif (bathiniyyah). Pendekatan ini menjadikan realitas maupun teks dan hubungan antara keduanya sebagai sumber kajian.
Lepasnya pemahaman atas teks dari realita (konteks) yang mengitarinya, menurut Nasr Abu Zayd, akan menimbulkan pembacaan yang ideologis dan tendensius (qira’ah talwiniyah mughridlah).
Realitas yang dimaksud mencakup realitas alam (kawniyyah), realitas sejarah (tarikhiyyah), realitas sosial (ijtimaiyyah) dan realitas budaya (thaqafiyyah). Dalam pendekatan ini teks dan realitas (konteks) berada dalam satu wilayah yang saling mempengaruhi. Teks tidak berdiri sendiri, ia selalu terikat dengan konteks yang mengelilingi dan mengadakannya sekaligus darimana teks itu dibaca dan ditafsirkan


 


 


 


 


 


 


 


 


Kesimpulan


Pada prinsipnya, Islam telah memiliki epistemologi yang komprehensif sebagai kunci untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Hanya saja dari tiga kecenderungan epistemologis yang ada [bayani, irfani dan burhani ], dalam perkembangannya lebih didominasi oleh corak berpikir bayani yang sangat tekstual dan corak berpikir irfani [kasyf] yang sangat sufistik. Kedua kecenderungan ini kurang begitu memperhatikan pada penggunaan rasio [ burhani ] secara optimal.


Dalam epistemologi bayani sebenarnya ada penggunaan rasio [akal], tapi relatif sedikit dan sangat tergantung pada teks yang ada. Penggunaan yang terlalu dominan atas epistemologi ini, telah menimbulkan stagnasi dalam kehidupan beragama, karena ketidakmampuannya merespon perkembangan zaman. Hal ini dikarenakan epistemologi bayani selalu menempatkan akal menjadi sumber sekunder, sehingga peran akal menjadi terpasung di bawah bayang-bayang teks, dan tidak menempatkannya secara sejajar, saling mengisi dan melengkapi dengan teks.


Pendekatannya yang supra-rasional, menafikan kritik atas nalar, serta pijakannya pada logika paradoksal yang segalanya bisa diciptakan tanpa harus berkaitan dengan sebab-sebab yang mendahuluinya, mengakibatkan epistemologi ini kehilangan dimensi kritis dan terjebak pada nuansa magis yang berandil besar pada kemunduran pola pikir manusia


Dalam menyikapi kemunduran pada Iptek yang dialami oleh umat Islam dewasa ini, maka seyogyanya umat Islam lebih mengedepankan epistemologi yang bercorak burhani dengan dipandu oleh kebersihan hati sebagai maninfestasi dari epistemologi irfani. Penggunaan akal yang maksimal bukan berarti pengabaian terhadap teks [nash]. Teks tetap dipakai sebagai pedoman universal dalam kehidupan manusia.


Manusia dan akalnya adalah penentu dalam perkembangan kehidupan setelah adanya patokan-patokan nash. Tetapi patokan ini, terutama yang diberikan al-Qur’an masih bersifat global. Hal ini bertujuan agar memberikan kekuasaan bagi manusia menyesuaikan dengan realitas keadaan dan zaman yang terus berubah


Epistemologi burhani berusaha memaksimalkan akal dan menempatkannya sejajar dengan teks suci dalam mendapatkan ilmu pengetahuan. Dalam epistemologi burhani ini, penggunaan rasionalitas tidak terhenti hanya sebatas rasio belaka, tetapi melibatkan pendekatan empiris sebagai kunci utama untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, sebagaimana banyak dipraktekkan oleh para ilmuan Barat.


Perpaduan antara pikiran yang brilian yang dipadu dengan hati yang jernih, akan menjadikan Iptek yang dimunculkan kelak tetap terarah tanpa menimbulkan dehumanisasi yang menyebabkan manusia teralienasi [terasing] dari lingkungannya. Kegersangan yang dirasakan oleh manusia modern saat ini, karena Iptek yang mereka munculkan hanya berdasarkan atas rasionalitas belaka, dan menafikan hati atau perasaan yang mereka miliki. Mereka menuhankan Iptek atas segalanya, sedang potensi rasa [ jiwa ] mereka abaikan, sehingga mereka merasa ada sesuatu yang hilang dalam diri mereka.


Keseimbangan antara pikiran [fikr] dan rasa [dzikr] ini menjadi penting karena secanggih apapun manusia tidak dapat menciptakan sesuatu. Keduanya adalah pilar peradaban yang tahan bantingan sejarah. Keduanya adalah perwujudan iman seorang muslim. Umat yang berpegang kepada kedua pilar ini disebut al Qur’an sebagai ulul albab. Mereka, disamping mampu menintegrasikan kekuatan fikr dan dzikr, juga mampu pula mengembangkan kearifan yang menurut al Qur’an dinilai sebagai khairan katsiran.  Perpaduan antara pikiran dan rasa ini merupakan prasyarat mutlak dalam membangun peradaban Islam dan dunia yang cemerlang. Dalam ungkapan Iqbal bahwa fikr dan dzikr atau ‘aqal dan ‘isyq harus diintegrasikan secara mantap bila mau membangun peradaban modern yang segar. Sesuatu yang tentunya sangat diidamkan oleh umat manusia, dan disinilah semestinya peran yang harus dimainkan umat Islam untuk memerikan kontribusinya bagi peradaban umat manusia secara keseluruhan.

Description: EPISTIMOLOGI BAYANI, BURHANI DAN IRFANI Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: EPISTIMOLOGI BAYANI, BURHANI DAN IRFANI


Shares News - 18.54
Read More Add your Comment 0 komentar


EPISTIMOLOGI BAYANI, BURHANI DAN IRFANI



Epistimologi Bayani


 


Secara etimologi, bayani mempunyai arti menyambung, memisah-misahkan, terang dan jelas, kefasihan dan kemampuan dalam menyampaikan, serta kekuatan untuk  menerima dan menyampaikan kejelasan.


Sedangkan secara terminologi, dengan mengutip pendapat al-Jahiz dalam kitabnya al-Bayan wa al-Tabyin, al-Jabiri  mengartikannya sebagai nama universal (ism jami’) bagi setiap pemahaman  makna,  sedangkan apabila merujuk kepada pendapat al-Syafi’i, bayani merupakan nama universal bagi makna-makna yang terdapat dalam kumpulan landasan pokok (al-ashl) dan  mengurai cabang (al-furu’).


Bayani adalah suatu epistimologi yang mencakup disipiln-disiplin ilmu yang berpangkal dari bahasa Arab (yaitu nahwu, fikih dan ushulfikih, kalam dan balaghah).
Dalam sejarahnya, aktivitas bayani sudah dimulai sejak munculnya pengaruh Islam, tetapi belum merupakan kajian ilmiah seperti identifikasi keilmuan dan peletakkan aturan penafsiran teks. Tahap selanjutnya adalah mulai munculnya usaha untuk meletakkan aturan penafsiran wacana bayani, tetapi masih terbatas pada pengungkapan karakteristik ekspresi bayani dalam AL Qur’an. Dalam bahasa Arab sendiri bayani terbatas pada tinjauan bahasa dan gramatikanya saja. Proses peletakan aturan-aturan penafsiran wacana bayani (dalam bentuknya yang baku dan tidak dalam aspek linguistiknya saja) dilakukan oleh Imam al Syafi’i. Imam Syafi’I adalah orang yang pertama memposisikan al Sunnah sebagai nash kedua. Nash tersebut berfungsi sebagai mushari’ (penetap hukum), perluasan cakupan al Sunnah yang dengan tidak secara tegas membedakan antara “sunnah-tradisi” dan “sunnah-wahyu” serta pembatasan ruang gerak ijtihad dengan nash (Al Qur’an dan Al Sunnah).


Al Syafi’I berhasil membakukan cara-cara berfikir yang menyakut hubungan antara


lafaz dan makna serta hubungan antara bahasa dan teks al-Qur’an. Ia juga merumuskan aturan-aturan bahasa Arab sebagai acuan untuk menafsirkan al-Qur’an. Ia menjadikan al-Qur’an, Hadis,Ijma dan Qiyas sebagai sumber penalaran yang absah untuk menjawab persoalan-persoalan dalam masyarakat.
Sedangkan al-Jahiz berusaha mengembangkan bayani tidak hanya terbatas pada “memahami” tetapi berusaha membuat pendengar atau pembaca faham akan wacana. Bahkan ia ingin membuat pendengar memahami, menenangkan pendengar, menuntaskan perdebatan dan membuat lawan bicara tidak berkutik lagi. Ibn Wahab sendiri berusaha untuk mensistematikanya denagn cara merumuskan kembali teori bayani sebagai metode dan sistem mendapatkan pengatahuan.
Jadi pada kesimpulannya dalam epistimologi bayani sumber pengetahuan berasal dari teks atau nash.  Pendekatan yang digunakan adalah dengan pendekatan lughawiyah. Sementara metode yang dipakai adalah qiyas, istinbat, tajwiz, ‘adah. Sehingga peran akal disini memang terjustifikasi karena menggunakan argumen yang bersifat jadaliyyah. Sesuatu dapat dikatakan valid jika adanya kedekatan teks dan kenyataan.


 


Dalam bahasa filsaat yang disederhanakan, pendekatan bayani dapat diartikan sebagai Model metodologi berpikir yang didasarkan atas teks. Dalam hal ini teks sucilah yang memilki otoritas penuh menentukan arah kebenaran sebuah kitab. Fungsi akal hanya sebagai pengawal makna yang terkandung di dalamnya.


Dalam pendekatan bayani, oleh karena dominasi teks sedemikian kuat, maka peran akal hanya sebatas sebagai alat pembenaran atau justifikasi atas teks yang dipahami atau diinterpretasi. Dalam aplikasinya, pendekatan bayani akan memperkaya lilmu fikih dan ushul fikih, lebih-lebih qawaidul lughahnya.
Namun, hal itu berarti bukan tanpa kelemahan. Kelemahan mencolok pada Nalar Bayani adalah ketika harus berhadapan dengan teks-teks yang berbeda, milik komunitas, bangsa, atau masyarakat lainnya. Karena otoritas ada pada teks, dan rasio hanya berfungsi sebagai pengawal teks, sementara sebuah teks belum tentu diterima oleh golongan lain.


 


Epistemologi ‘Irfani


 


Kata ‘irfan adalah bentuk masdar dari kata ‘arafa yang berarti ma’rifah (ilmu pengetahuan. Kemudian ‘irfan lebih dikenal sebagai terminologi  mistik  yang  secara  khusus  berarti  “ma’rifah”  dalam pengertian “pengetahuan tentang Tuhan]”. Kalau ilmu (pengetahuan eksoterik) yakni pengetahuan yang diperoleh indera dan intelek melalui istidlal, nazhar, dan burhan, maka ‘irfan (pengetahuan esoterik) yaitu pengetahuan yang diperoleh qalb melalui kasyf, ilham, i’iyan (persepsi langsung), dan isyra.


Aliran-aliran yang beragam dalam dunia Sufisme atau Irfan memiliki kesatuan pandangan dalam permasalahan yang esensial dan substansial ini dimana mereka menyatakan bahwa pencapaian dan penggapaian  hakikat segala sesuatu hanya dengan metode intuisi mistikal dan penitian jalan-jalan pensucian jiwa, bukan dengan penalaran dan argumentasi rasional, karena hakikat suatu makrifat dan pengatahuan adalah menyelami dan meraih hakikat segala sesuatu lewat jalur penyingkapan, penyaksian, intuisi hati, manifestasi-manifestasi batin, dan penyaksian alam metafisika atau alam nonmateri dengan mata batin serta penyatuan dengannya.


Para sufi beranggapan bahwa segala makrifat dan pengetahuan yang bersumber dari intuisi-intuisi, musyahadah, dan mukasyafah lebih dekat dengan kebenaran daripada ilmu-ilmu yang digali dari argumentasi-argumentasi rasional dan akal. Mereka menyatakan bahwa indra-indra manusia dan fakultas akalnya hanya menyentuh wilayah lahiriah alam dan manifestasi-manifestasi-Nya, namun manusia dapat berhubungan secara langsung (immediate) yang bersifat intuitif dengan hakikat tunggal alam  melalui dimensi-dimensi batiniahnya sendiri dan hal ini akan sangat berpengaruh ketika manusia telah suci,lepas, dan jauh dari segala bentuk ikatan-ikatan dan ketergantungan-ketergantungan lahiriah.


 


Epistemologi Burhani


 


Al-Burhan dalam bahasa Arab berarti argumen yang clear . Dalam pengertian logika, al-burhan adalah aktivitas fikir yang menetapkan kebenaran sesuatu melalui penalaran dengan mengkaitkan pada pengetahuan yang bukti-buktinya  mendahului  kebenaran. Sedangkan dalam pengertian umum, al-burhan berarti aktivitas fikir untuk menetapkan kebenaran sesuatu.


 


Al-Jabiri menggunakan burhani sebagai sebutan terhadap sistem pengetahuan  yang  berbeda  dengan  metode  pemikiran  tertentu  dan memiliki world view tersendiri, yang tidak bergantung pada hegemoni sistem pengetahuan lain. Burhani  mengandalkan  kekuatan  indera, pengalaman, dan akal dalam mencapai kebenaran.


 


Ketiga kecenderungan epistemologis Islam ini, secara teologis mendapatkan  justifikasi dari  al-Qur’an.  Dalam al-Qur’an banyak ditemukan  ayat-ayat  yang  berbicara  tentang  pengetahuan  yang bersumber pada rasionalitas. Perintah untuk menggunakan akal dengan  berbagai  macam bentuk  kalimat  dan  ungkapan  merupakan suatu  indikasi  yang  jelas  untuk  hal ini. Akan tetapi, meskipun demikian, tidak sedikit pula paparan ayat-ayat yang mengungkapkan tentang pengetahuan yang bersumber pada intuisi (hati atau perasaan) terdalam.


Van Peursen mengatakan bahwa akal budi tidak dapat menyerap sesuatu, dan panca indera tidak dapat memikirkan sesuatu. Namun, bila keduanya bergabung timbullah pengetahuan, sebab menyerap sesuatu tanpa dibarengi akal budi sama dengan kebutaan, dan pikiran tanpa isi sama dengan kehampaan. Burhani atau pendekatan rasional argumentatif adalah pendekatan yang mendasarkan diri pada kekuatan rasio melalui instrumen logika (induksi, deduksi, abduksi, simbolik, proses, dll.) dan metode diskursif (bathiniyyah). Pendekatan ini menjadikan realitas maupun teks dan hubungan antara keduanya sebagai sumber kajian.
Lepasnya pemahaman atas teks dari realita (konteks) yang mengitarinya, menurut Nasr Abu Zayd, akan menimbulkan pembacaan yang ideologis dan tendensius (qira’ah talwiniyah mughridlah).
Realitas yang dimaksud mencakup realitas alam (kawniyyah), realitas sejarah (tarikhiyyah), realitas sosial (ijtimaiyyah) dan realitas budaya (thaqafiyyah). Dalam pendekatan ini teks dan realitas (konteks) berada dalam satu wilayah yang saling mempengaruhi. Teks tidak berdiri sendiri, ia selalu terikat dengan konteks yang mengelilingi dan mengadakannya sekaligus darimana teks itu dibaca dan ditafsirkan


 


 


 


 


 


 


 


 


Kesimpulan


Pada prinsipnya, Islam telah memiliki epistemologi yang komprehensif sebagai kunci untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Hanya saja dari tiga kecenderungan epistemologis yang ada [bayani, irfani dan burhani ], dalam perkembangannya lebih didominasi oleh corak berpikir bayani yang sangat tekstual dan corak berpikir irfani [kasyf] yang sangat sufistik. Kedua kecenderungan ini kurang begitu memperhatikan pada penggunaan rasio [ burhani ] secara optimal.


Dalam epistemologi bayani sebenarnya ada penggunaan rasio [akal], tapi relatif sedikit dan sangat tergantung pada teks yang ada. Penggunaan yang terlalu dominan atas epistemologi ini, telah menimbulkan stagnasi dalam kehidupan beragama, karena ketidakmampuannya merespon perkembangan zaman. Hal ini dikarenakan epistemologi bayani selalu menempatkan akal menjadi sumber sekunder, sehingga peran akal menjadi terpasung di bawah bayang-bayang teks, dan tidak menempatkannya secara sejajar, saling mengisi dan melengkapi dengan teks.


Pendekatannya yang supra-rasional, menafikan kritik atas nalar, serta pijakannya pada logika paradoksal yang segalanya bisa diciptakan tanpa harus berkaitan dengan sebab-sebab yang mendahuluinya, mengakibatkan epistemologi ini kehilangan dimensi kritis dan terjebak pada nuansa magis yang berandil besar pada kemunduran pola pikir manusia


Dalam menyikapi kemunduran pada Iptek yang dialami oleh umat Islam dewasa ini, maka seyogyanya umat Islam lebih mengedepankan epistemologi yang bercorak burhani dengan dipandu oleh kebersihan hati sebagai maninfestasi dari epistemologi irfani. Penggunaan akal yang maksimal bukan berarti pengabaian terhadap teks [nash]. Teks tetap dipakai sebagai pedoman universal dalam kehidupan manusia.


Manusia dan akalnya adalah penentu dalam perkembangan kehidupan setelah adanya patokan-patokan nash. Tetapi patokan ini, terutama yang diberikan al-Qur’an masih bersifat global. Hal ini bertujuan agar memberikan kekuasaan bagi manusia menyesuaikan dengan realitas keadaan dan zaman yang terus berubah


Epistemologi burhani berusaha memaksimalkan akal dan menempatkannya sejajar dengan teks suci dalam mendapatkan ilmu pengetahuan. Dalam epistemologi burhani ini, penggunaan rasionalitas tidak terhenti hanya sebatas rasio belaka, tetapi melibatkan pendekatan empiris sebagai kunci utama untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, sebagaimana banyak dipraktekkan oleh para ilmuan Barat.


Perpaduan antara pikiran yang brilian yang dipadu dengan hati yang jernih, akan menjadikan Iptek yang dimunculkan kelak tetap terarah tanpa menimbulkan dehumanisasi yang menyebabkan manusia teralienasi [terasing] dari lingkungannya. Kegersangan yang dirasakan oleh manusia modern saat ini, karena Iptek yang mereka munculkan hanya berdasarkan atas rasionalitas belaka, dan menafikan hati atau perasaan yang mereka miliki. Mereka menuhankan Iptek atas segalanya, sedang potensi rasa [ jiwa ] mereka abaikan, sehingga mereka merasa ada sesuatu yang hilang dalam diri mereka.


Keseimbangan antara pikiran [fikr] dan rasa [dzikr] ini menjadi penting karena secanggih apapun manusia tidak dapat menciptakan sesuatu. Keduanya adalah pilar peradaban yang tahan bantingan sejarah. Keduanya adalah perwujudan iman seorang muslim. Umat yang berpegang kepada kedua pilar ini disebut al Qur’an sebagai ulul albab. Mereka, disamping mampu menintegrasikan kekuatan fikr dan dzikr, juga mampu pula mengembangkan kearifan yang menurut al Qur’an dinilai sebagai khairan katsiran.  Perpaduan antara pikiran dan rasa ini merupakan prasyarat mutlak dalam membangun peradaban Islam dan dunia yang cemerlang. Dalam ungkapan Iqbal bahwa fikr dan dzikr atau ‘aqal dan ‘isyq harus diintegrasikan secara mantap bila mau membangun peradaban modern yang segar. Sesuatu yang tentunya sangat diidamkan oleh umat manusia, dan disinilah semestinya peran yang harus dimainkan umat Islam untuk memerikan kontribusinya bagi peradaban umat manusia secara keseluruhan.

Description: EPISTIMOLOGI BAYANI, BURHANI DAN IRFANI Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: EPISTIMOLOGI BAYANI, BURHANI DAN IRFANI


Shares News - 18.54
Read More Add your Comment 0 komentar


Yang tersayang (ORTU)



Teruntuk orang-orang yang tersayang


Hari telah berubah menjadi bulan, tahun dan seterusnya


Saat tersadar dalam tumpukan lentera kehidupan


Anugerahmu telah berikan kami orang yang tersayang


Yang menemani setiap langkah kehidupan


Kutersadar dalam gelapnya malam


Saat semua aktvitas kehidupan berubah menjadi keheningan


Dedaunan yang sekarang tumbuh segar dalam dahan


Esok kan berubah menjadi kering dan jatuh kedalam tanah kering lagi tandus


Saat itu terjadi, hanya penyesalan yang dapat mewakili


Saat dulu hidup segar penuh dengan kesombongan


Saat lupa kering dan mati adalah sebuah kepastian


Biarlah daun itu menjadi sebuah kisah kehidupan


Waktu itu begitu singkat


Hingga tak ada cela bagi kita untuk maksiat


 


Teruntuk buat orang-orang yang tersayang


Kasihmu telah membuat daun yang layu berubah menjadi segar


Kayu bakar menjadi sebuah kerajinan


Logam berubah menjadi emas


Yang mampu menenangkan hati dalam lara


Membawa perdamaian di tengah peperangan


Bersamamu adalah yang selalu kuinginkan


Memelukmu adalah sebuah keharusan


Tuk tunjukkan ribuan rasa sayang


 


Ya robb yaangt maha menguasai


Bagiku mereka adalah inspirasi


Jiwa mereka adalah jiwaku


Sedihnya adalah air mataku


Biarlah kutebus rasa sakitnya


Jangan biarkan air matanya menetes


Hapuslah setiap luka yang singgah di hatinya


Biarlah semua mjd tanggungan diri


Yang sangat mengasihani,,,,


 


24 agustus 2011-08-25 (pir 29)

Description: Yang tersayang (ORTU) Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: Yang tersayang (ORTU)


Shares News - 18.13
Read More Add your Comment 1 komentar


Yang tersayang (ORTU)



Teruntuk orang-orang yang tersayang


Hari telah berubah menjadi bulan, tahun dan seterusnya


Saat tersadar dalam tumpukan lentera kehidupan


Anugerahmu telah berikan kami orang yang tersayang


Yang menemani setiap langkah kehidupan


Kutersadar dalam gelapnya malam


Saat semua aktvitas kehidupan berubah menjadi keheningan


Dedaunan yang sekarang tumbuh segar dalam dahan


Esok kan berubah menjadi kering dan jatuh kedalam tanah kering lagi tandus


Saat itu terjadi, hanya penyesalan yang dapat mewakili


Saat dulu hidup segar penuh dengan kesombongan


Saat lupa kering dan mati adalah sebuah kepastian


Biarlah daun itu menjadi sebuah kisah kehidupan


Waktu itu begitu singkat


Hingga tak ada cela bagi kita untuk maksiat


 


Teruntuk buat orang-orang yang tersayang


Kasihmu telah membuat daun yang layu berubah menjadi segar


Kayu bakar menjadi sebuah kerajinan


Logam berubah menjadi emas


Yang mampu menenangkan hati dalam lara


Membawa perdamaian di tengah peperangan


Bersamamu adalah yang selalu kuinginkan


Memelukmu adalah sebuah keharusan


Tuk tunjukkan ribuan rasa sayang


 


Ya robb yaangt maha menguasai


Bagiku mereka adalah inspirasi


Jiwa mereka adalah jiwaku


Sedihnya adalah air mataku


Biarlah kutebus rasa sakitnya


Jangan biarkan air matanya menetes


Hapuslah setiap luka yang singgah di hatinya


Biarlah semua mjd tanggungan diri


Yang sangat mengasihani,,,,


 


24 agustus 2011-08-25 (pir 29)

Description: Yang tersayang (ORTU) Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: Yang tersayang (ORTU)


Shares News - 18.13
Read More Add your Comment 1 komentar


WONOSOBO



Description: WONOSOBO Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: WONOSOBO


Shares News - 17.40
Read More Add your Comment 1 komentar


WONOSOBO



Description: WONOSOBO Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: WONOSOBO


Shares News - 17.40
Read More Add your Comment 1 komentar