pencitraan Kiyai di Media Massa



 

Pencitraan Kiyai di media Massa

Isu – isu yang sedang berkembang di masyarakat tentu tak lepas dari sebuah persepsi (framing) yang dibuat oleh media. Fungsi dan peran media, sangatlah kental di masyarakat terutama dalam hal konsumsi informasi yang dibutuhkan setiap saat. Bahkan keberadaan fungsi media pun hingga membentuk suatu interpretatif media untuk mempengaruhi perilaku dan sikap masyarakat.

Isu-isu yang dibuat dan dituliskan di media massa, diangkat  dari suatu masalah yang kontrafersi dan di sebarluaskan oleh media dalam bentuk berita dengan berbagai macam tampilan seperti cetak ataupun audio visual.
Jika isu memiliki perkembangan yang cukup pesat, maka media pun akan mengagendakan berita tersebut untuk secara terus-menerus di sajikan ke masyarakat dan menjadi konsumsi rutin bagi publik untuk masa tenggang tertentu. Seperti hal nya pemberitaan yang menyangkut beberapa tokoh pemuka agama, baik kyai, ustadz, syaikh, maupun da’i yang mempunyai tugas melanjutkan perjuangan dakwah dari Rosulullah.

Kiyai/dai merupakan sosok figur yang berada di garda depan dalam hal keagamaan, hal ini yang menjadikan sosok kiyai, atau dai banyak di kenal oleh masyarakat. Semakin di kenalnya seseorang oleh masyarakat, maka semakin menarik informasi tentang kehidupan pribadinya, hal inilah yang kerap dimanfaatkan oleh media untuk dijadikan berita. Dengan kata lain, seorang dai, kiyai yang sudah banyak menyedot masyarakat untuk mengikuti ceramah, atau pengajiannya membuat daya tarik tersendiri untuk menguak masalah pribadi demi keuntungan sebuah media,. Hal ini memang sudah tidak lagi tabu bagi kita, bahwasannya idiologi yang di miliki media pasti berpengaruh pada pemberitaan yang dilakukan.

Pemasalahan yang menjadi perhatian masyarakat terhadap kehadiran media ialah sejauh mana akibat baik dan buruk yang ditimbulkan media tersebut. Masyarakat memiliki harapan terhadap media agar media bisa menambah pengetahuan dan memahami berbagai hal dalam kehidupan serta memberikan pembelajaran sosial yang baik, mentrasnfer nilai-nilai positif dan bisa memberikan hiburan yang sehat. Bagi masyarakat yang memiliki tingkat literasi memadai akan melakukan proses seleksi sendiri apakah perlu menonton program-program, membaca topik-topik yang disajikan suratkabar yang bisa memenuhi kebutuhan mereka. Kelompok masyarakat pada tingkat literasi tersebut akan mampu mengkritisi media dari perspektif kebutuhan dan kepentingan serta nilai-nilai etika masyarakat.

Namun demikian bagi masyarakat yang yang tergolong memiliki literasi rendah sebagai khalayak pasif, mereka akan mengikuti media apa adanya dan menganggap realitas yang disajikan media sebagai realitas objektif. Sudah dapat diperkirakan khalayak golongan ini tidak akan memiliki kemampuan seleksi yang memadai sehingga lebih mudah menerima pengaruh negatif dari yang positif  karena tidak memiliki kemampuan untuk mengkritisi media.

Dari sinilah kemudian kita bisa melihat bagaimana pencitraan yang dilakukan oleh media terhadap sosok kiyai, dai yang memang mempunyai daya tarik untuk di ketahui informasinya bagi masyarakat. Ada beberapa fakta yang bisa dikaji ulang terkait pemberitaan yang dilakukan media massa terhadap kiyai, atau da’i di indonesia ini, seperti :


  1. AA Gym


Jika mendengar kata AA Gym, yang terlintas adalah poligaminya. Hal ini yang telah berhasil di lakukan oleh media, yaitu mampu mempengaruhi pikiran masyarakat.

  1. Sekh Puji


Masyarakat bisa melihat bagaimana media dalam memberitakan tentang Syekh Puji yang menikahi Lutfiana Ulfa.

  1. Zainudin MZ ekian lama publik menunggu apa yang akan dikatakan Da’i


Tak jauh beda dengan kedua tokoh agama diatas, isu yang di beritakan di media terkait sama zainuddin MZ adalah perselingkuhannya dengan penyanyi dangdut Aida Saskia. Entah bagaimana kabar sebenarnya, namun media banyak yang memberitakan tentang perselingkuhan dan nikah sirrinya.

 

Dari berbagai pemberitaan yang dilakukan dimedia, memang sosok kiyai atau dai mempunyai banyak kelebihan, mempunyai peran yang banyak untuk kemajuan umat, namun tak kalah informasinya ketika sosok itu mempunyai  sisi negatif. Pencitraan publik figur akan menjadi baik, atau buruk tergantung pada pemberitaan media. Sedang pemberitaan media tergantung juga pada idiologi media, idiologi media di pengaruhi oleh pemilik media.

Memahami karakter dari sebuah media, bahwa bad news is good news, artinya berita yang buruk adalah berita baik. Maksudnya baik bagi kepentingan media. Sehingga untuk mendukungnya, berita tersebut ada yang ditambah, dikurangi dan dilebih-lebihkan supaya lebih menarik berita yang disajikan, sehingga jauh dari realitas sebenarnya.

Dengan adanya pemberitaan yang buruk  terhadap sosok Dai/ kiyai oleh media sedikit banyak berdampak pada pola pikir masyarakat. Sehingga dai tersebut sudah kehilangan kepercayaan dan wibawa di tengah masyarakat. seakan-akan berita buruk yang disampaikan telah berhasil membuang sifat baik dari sosok da’I atau kiyai tersebut.

Dengan keadaan yang demikian, bagi masyarakat yang fanatik terhadap satu ustadz, akan kehilangan sosok teladan dan bearanggapan buruk pada dai tersebut, bahkan  bisa membencinya dan pasti berdampak pada islam itu sendiri. Sehingga Solusi untuk para Da’I untuk menimalisair pemberitaan buruk oleh media hendaknya berhati-hati dengan senantiasa berpegang teguh pada sumber hukum islam karena segala ucapan, tingkah laku dan tindakan da’i adalah bagian dari dakwah.

Selain itu, sebagai umat islam kita harus menguasai media. Hal ini dilakukan sebagi upaya untuk menjadikan media sebagi sarana untuk berdakwah. Sebagaimana kita ketahui perkembangan media saat ini sangat pesat. Masyarakatpun akan senentiasa berkembang mengikuti zaman.sehingga dakwahpun harus berkembang pula supaya dapat maksimal sampai kepada masyarakat. Dengan penguasaan media tersebut, kita bisa mengajak, mempengaruhi masyarakat sesuai dengan yang dituntunkan oleh Nabi Muhammad SAW

Untuk masyarakat luas pada umumnya hendaknya dalam mengkonsumsi media jangan secara mentah saja tanpa ada filter didalamnya. Tindakan yang diambil bukan hanya berdasarkan informasi yang disampaikan, namun ada seleksi informasi dan perlu cek ulang kebenaran berita yang sedang berkembang baru nantinya melakukan sebuah tindakan. Selain itu ketika kecewa terhadap sikap seorang da’I, itu adalah kesalahan da’I sendiri. Bukan pada agama islamnya.

para masyarakat yang sadar akan media, hendaknya melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang perlunya melakukan seleksi terhadap informasi/berita yang sedang berkembang.

 

 

 
Anda membaca artikel pencitraan Kiyai di Media Massa dan anda bisa menemukan Anchor Text artikel dengan url https://bloggerbantul.blogspot.com/2012/01/pencitraan-kiyai-di-media-massa.html.


Backlink here..

Description: pencitraan Kiyai di Media Massa Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: pencitraan Kiyai di Media Massa


Shares News - 07.15


Share your views...

0 Respones to "pencitraan Kiyai di Media Massa"

Posting Komentar