Menyoal Eksistensi Mahasiswa



EKSISTENSI MAHASISWA


Kita tahu bahwa Indonesia sedang dilanda banyak problematika. Dimulai dari adanya krisis kepemimpinan, kemiskinan, pelanggaran HAM , bahkan sampai kepada kasus yang tidak kunjung terselesaikan yaitu korupsi.

Menurut data statistic Maret 2011, Jumlah penduduk miskin  di Indonesia mencapai 30,02 juta orang (12,49 persen). Meskipun jumlah ini menurun 1,00 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2010 yang sebesar 31,02 juta orang (13,33 persen),  Akan tetapi benarkah di lapangan semakin sedikit penduduk yang miskin? dan apakah pendataan yang dilakukan cukup mewakili masyarakat miskin di seluruh Indonesia?.

Sebagaimana kita ketahui bahwa di Indonesia angka kemiskinan semakin meningkat dari 16% menjadi 17,75 % dalam setahun terakhir. Peningkatan seperti ini seharusnya membangkitkan kesadaran diantara pemimpin bangsa kita bahwa lebih dari seperenam dari penduduk Indonesia masih memerlukan uluran tangan dari Negara.

Kemiskinan, seperti kata Amartya Sen , pemenang Nobel bidang Ekonomi, adalah sebuah bentuk ketertindasan dan ketidakberdayaan. Karena miskin, mereka kelaparan dan kurang gizi. Karena itu mereka tidak mempunyai energy yang cukup untuk bekerj absecara produktif. Mereka juga termasuk golongan yang rentan terhadap berbagai penyakit yang secara finansial tidak mampu untuk membeli obatnya. Anak-anak mereka tidak disekolahkan secara memadai, sehingga sulit untuk mendapat pekerjaan yang layak.

Singkatnya, kemiskinan adalah sebuah jebakan penderitaan yang orang miskin sulit untuk mengatasinya. Karena itu, adalah tanggungan Negara untuk mengangkat mereka dari kemiskinan. Dalam undang-undang pasal 34 tahun 1945 pun sangat jelas di sebutkan bahwa Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh Negara.  Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan dan Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

Namun, realita yang ada tak sedikit dari masyarakat miskin yang belum memperoleh haknya, mereka masih menderita di kubangan kemiskinan tanpa mempunyai daya untuk menuntut haknya. Pemerintahpun yang harusnya sadar akan kewajibannya masih di sibukkan dengan masalah-masalah intern  dan pencitraan Negara dimata dunia.

Terlepas dari itu, tak sedikit dari oknum pemerintah yang terlibat dalam kasus korupsi/ penyalah gunaan uang rakyat. Yang seharusnya mereka salurkan bagi mereka yang membutuhkan, malah ia timbun untuk memperkaya kekayaannnya. Belum lagi tentang kasus ketidakadilan dalam penegakkan hukum yang membedakan perlakuan hokum terhadap si miskin dan si kaya.

Seorang mahasiswa yang peduli akan masalah yang melanda bangsa akan melakukan sebuah respon yang bisa di benarkan oleh semua pihak, namun ada juga yang meresponnya dengan kegiatan yang di tentang oleh banyak kalangan.

Adanya demonstrasi yang sering dilakukan oleh mahasiswa memang dirasa kurang intelektual, karena dari demonstrasi tersebut tidak sepenuhnya paham akan eksistensi peristiwa yang di demonstrasikan. Apalagi bagi mereka yang melakukannya dengan tindakan kekerasan dan kericuhan, sungguh ini sangat jauh dari nilai moral yang khasanah keilmuan yang di sandangnya. Akan tetapi dari demonstrasi ini tidak sepenuhnya bernilai negativ, kita harus mengatahui bahwa dengan berdemonstrasi itu merupakan reaksi mereka akan ketidak adilan social yang terjadi di masyarakat, bahkan ini juga bisa menjadi konrol sosial bagi pemerintah atau pihak terkait, bahwasannya mahasiswa mempunyai masa dan kekuatan yang siap menentang ketidak adilan.  Seperti peristiwa Tumbangnya orde lama pada tahun 1998 yang puncaknya terjadi pada 21 Mei 1998 di mana presiden Soeharto yang telah berkuasa selama kurang lebih 32 tahun mengakhiri masa kepemimpinannya di tangan mahasiswa. Salah satu cara yang ditempuh oleh para mahaiswa pada saat itu adalah dengan demonstrasi.

Hanya saja saat ini, perlu kiranya ada analissi mendalam sebelum melakukan demonstrasi agar ada hasil yang maksimal dan aksi yang dilakukan tidak sia-sia. Dan sebagai kaum yang di kenal sebagai Maha dari siswa, harusnya tau bahwa demonstrasi bukanlah satu-satunya cara untuk melakukan sebuah tindakan, ia bisa menyalurkannya dengan sebuah kritik lewat media massa. seperti kita tahu bagaimana kekuatan sebuah media yang mampu menyalurkan informasi dengan begitu cepatnya dan kemampuannya mempengaruhi masyarakat. Cara ini tentunya lebih memperlihatkan bagaimana seorang mahasiswa yang berfikir intelektual.

 

Namun kendati demikian, ada tipe mahasiswa yang tetap nyaman dengan posisinya tanpa melakukan respon atau reaksi terhadap peristiwa yang terjadi. ia tidak tergerak hatinya untuk berjuang melawan ketidak adilan tersebut. Inilah situasi yang sangat membahayakan, dimana generasi muda tidak merasa gelisah saat melihat masalah yang timbul di sekitar, kepedulian terhadap sesama manusia semakin berkurang. selama tidak ada hal yang menyangkut dengannya, iapun enggan untuk melibatkan diri masuk kedalam lingkaran tersebut.

Dari banyaknya universitas di Indonesia dengan jutaan mahasiswa yang dianggap sebagai kaum intelek, dapat dihitung berapa dari mereka yang tergabung dalam organisasi atau gerakan  social kemasyarakatan yang peduli terhadap masalah sosial. mereka lebih menyibukkan hari-harinya dengan kegiatan pribadi yang bahkan kurang produktif. Yang ia cari adalah kesenangan dan kepuasan diri dengan mengabaikan lingkungan sekitar. Hal ini dapat dilihat dari berapa perbandingan mahasiswa yang menjadi aktifis, dengan mereka yang dicap sebagai mahasiswa “kupu-kupu”, kuliah pulang kuliah pulang.

Seharusnya seorang pemuda, khususnya mahasiswa  sebagai golongan terdidik, jelas berbeda dari rakyat biasa. Mereka memiliki masa pendidikan akademis yang lebih lama di banding rakyat kebanyakan. Itu artinya, mahasiswa seharusnya memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas dalam menyikapi sebuah permasalahan, begitupula terhadap permasalahan bangsa, ia mempunyai tanggung jawab besar untuk dapat menyelesaikannya.

Kiranya perlu ada penyadaran secara langsung kepada para mahasiswa yang tidak aktif di gerakan sosial tentang tanggung jawab yang harus di jalankannya. Hidup bernegara adalah hidup di lingkungan secara bersama-sama dan saling membantu, bukan semata-mata untuk urusan pribadi saja.

Semakin banyak massa yang akan melakukan sebuah perubahan, nampaknya hasilnya juga akan semakin baik. Inilah eksistensi seorang mahasiswa, yaitu menyadarkan mahasiswa lain sekaligus aktif berperan menyadarkan masyarakat bahkan pemerintah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 
Anda membaca artikel Menyoal Eksistensi Mahasiswa dan anda bisa menemukan Anchor Text artikel dengan url https://bloggerbantul.blogspot.com/2011/12/menyoal-eksistensi-mahasiswa_30.html.


Backlink here..

Description: Menyoal Eksistensi Mahasiswa Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: Menyoal Eksistensi Mahasiswa


Shares News - 17.02


Share your views...

0 Respones to "Menyoal Eksistensi Mahasiswa"

Posting Komentar