CONTOH FUTURE
Mbah Karto, Sosok Luar biasa
Mbah Karto Suwiryo demikian orang-orang memanggilnya. Sosok wanita kuat dan penuh perjuangan dalam hidupnya. Walau bagaimanapun keadaan yang ia alami, ia tetap senantiasa melemparkan senyum ramahnya kepada siapa saja yang menatap kearahnya.
Saat ditemui tim KPI minggu siang (18/12) mbah karto sedang berjualan rambutan di depan toko dekat UNIRES putri. Baginya ketika ada peluang untuk mendapatkan uang, maka ia akan mengambil peluang itu tanpa ragu-ragu.
Menjadi penjual buah rambutan adalah profesi saat ini yang ia lakukan. Disamping pekerjaan setiap harinya sebagai penjual daun pisang. Mbah Karto Hanya bermodalkan selembar kain karung untuk alas dagangannya,ia duduk sambil menyusun rambutan dan menatanya supaya siap dibeli oleh orang yang lewat di depannya.
Musim rambutan baginya adalah peluang untuk menambah penghasilan demi mencukupi kebutuhan sehari harinya. Meskipun rambutan yang dijual bukanlah hasil panen sendiri, melainkan membeli ke pemilik pohon dan menjualnya kembali.
Mbah Karto memilih berjualan rambutan di depan toko dekat asrama putri UMY. Selain banyaknya mahasiswa yang lalu lalang menuju atau pulang dari kampus, disanapun belum ada yang menjual buah rambutan. Dan yang lebih menyenangkan lagi adalah lokasi tersebut tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Pekerjaan setiap hari diluar musim rambutan adalah menjadi “penebas daun pisang”. Artinya dia membeli daun pisang dari petani dan menjualnya ke pasar. Pekerjaan ini sudah ia lakoni sejak usia muda. Meskipun kadang bosan tapi tetap harus ia jalani.
“Yang namanya pekerjaan semacam ini bersifat tidak menentu, kadang kalau dapat daun pisang ya bisa jualan tapi kalau tidak ya tidak bisa berjualan” demikian ungkap mbah Karto. Dan setelah berhasil mendapatkannya,perjuangan belum selesai karena ia harus mampu membawa daun pisang itu hingga sampai ke Pasar.
Pasar Gamping adalah lokasi tujuan mbah karso untuk duduk bersimpuh menunggu para pembeli. Daun pisang yang ia bawa akan dijajakan di pinggir jalan masuk pasar. Karena ia tidak mempunyai kios sendiri, maka ia hanya bisa berjualan di sepanjang jalanan pasar atau menumpang di samping kios orang.
Sekarang diusianya yang sudah 70 tahun ia tetap menjalani aktivitas seperti biasa. Pergi ke Pasar jam 3 dini hari. Saat kebanyakan orang masih terlelap dalam mimpi indahnya, Mbah Karto sudah berkeringat mengayuh sepeda yang di penuhi oleh daun pisang. Jarak yang begitu jauh jika diukur dengan sepeda ontel kini telah menjadi dekat karena terlalu seringnya ia lewati dan bahkan berat beban yang ia bawa sudah menjadi hal yang biasa.
Walau bagaimanapun, kini ia semakin tua, hampir seluruh wajahnya telah keriput dan tenaganya tidak sekuat dulu, namun ia tetap bekerja keras mencari uang. Baginya bekerja keras itu adalah sebuah keharusan supaya tetap bisa bertahan hidup.
Sebenarnya wanita yang akrab dipanggil mbah Karto ini mempunyai sawah peninggalan dari orang tuanya, namun tidak seberapa sehingga ia tidak dapat hanya mengandalkan hasil sawah saja untuk memenuhi kebutuhan. Maka dari itu sampai sekarang ia masih menjalani rutinitas pekerjaannya.
Apalagi setelah suaminya meninggal, ia menjadi tulang punggung keluarga. Ia harus mampu berperan ganda. Selain sebagai kepala rumah tangga untuk mencari nafkah, ia juga berperan sebagai ibu yang mengasuh dan membina anak tunggalnya. Begitulah yang tersurat dari ekspresi Mbah Karto saat ditanya tentang suaminya. Dengan mata berkaca-kaca seakan berusaha menahannya supaya tidak menetes.
Sekarang anak tunggalnya telah menikah dan mempunyai keluarga. Bahkan sudah memberikan Mbah Karto 2 orang cucu. Cucu yang pertama kini duduk di kelas 6 SD dan yang kedua laki-laki kira-kira usia 5 tahun. Mereka sekarang tinggal serumah dengan Mbah Karto di desa Ngebel rt 07.
Pekerjaan anak mbah karso setiap harinya adalah mengolah sawah. Namun kadang ia juga hanya menganggur dirumah, sedangkan istrinya ikut mencari uang dengan menjadi tukang bersih-bersih saat dibutuhkan. Namun hasilnya tidak seberapa jika disbanding dengan kebutuhan yang harus di penuhi.
Dengan penghasilan rata-rata sekitar 30.000 perhari, Mbah Karto mampu bertahan hidup bersama 2 anak dan 2 cucunya. Uang yang Mbah Karso dapat juga diguanakan untuk membantu membiayai sekolah sang 2 orang Cucunya.selain itu juga untuk kebutuhan makan setiap hari dan kebutuhan-kebutuhan besosial lainnya.
Meskipun hanya seberapa uang yang mampu Mbah Karto beserta anaknya kumpulkan, mereka tidak pernah merasa kekurangan. “Alhamdulillah berapun rizqi yang kami peroleh, cukup untuk memenuhi kebutuhan. Pasti Gusti Allah yang mencukupinya.”
Apa yang dikemukakan Mbah Karso sangat benar, seperti dalam firman allah dalam Q.S Ath-Thalaq ayat 3 yang artinya “Dan Allah memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
Artinya Rizqi Allah sangatlah luas. Kuncinya dengan senantiasa ikhtiar atau berusaha maksimal dan selanjutnya yaitu dengan tawakal atau menyerahkan semua usaha dan doa kita hanya kepada Allah. Pastilah ketika ini sudah dilakukan, Allah akan memberi rizqi dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan ini adalah janji Allah. Pasti benar adanya.
Backlink here.. Description: CONTOH FUTURE Rating: 4.5 Reviewer: seputarwisata.com - ItemReviewed: CONTOH FUTURE
Share your views...
0 Respones to "CONTOH FUTURE"
Posting Komentar